Selasa, 12 Juli 2011

JENDERAL ISTANA KEPUNG KARTIKA-1

 

 




Taiching: Peluang Pramono menjadi Panglima TNI tipis, karena usianya lebih tua daripada Laksamana Agus Suhartono.

Oleh Selamat Ginting

Dua jenderal bertubuh gempal mendatangi kantor redaksi Republika di Jalan Warung Buncit Raya, Jakarta Selatan. Kedua jenderal itu terlihat sigap memperhatikan gerak-gerik lingkungan di sekitarnya. Sambil memperhatikan satu per satu orang yang ada di depannya, sesekali mereka saling berbisik. Keduanya duduk bersebelahan di ujung kiri meja rapat utama Republika.
Jenderal dengan potongan rambut cepak itu tidak sedang berseragam dinas militer. Keduanya mengenakan Safari harian dan bertugas mendampingi Presiden SBY untuk berdiskusi dengan awak redaksi.
"Di ujung kiri saya ada Sekretaris Militer Presiden Mayor Jenderal Budiman dan Komandan Pasukan Pengamanan Presiden Mayor Jenderal Marciano Norman," kata Presiden SBY memperkenalkan rombongannya yang berkunjung ke Republika pada 26 Juni 2009 silam, menjelang pemilu presiden tahap kedua.
Kedua jenderal abiturien (lulusan sekolah militer) Akademi Militer (Ak-mil) 1978 itu sebelumnya pun sigap mengamankan Presiden SBY saat shalat Jumat di Masjid Al-Itihad, Pejaten, yang jaraknya hanya sekitar 100 meter dari kantor Republika.
Kini, dua tahun kemudian, keduanya dalam pangkat yang lebih tingi, letnan jenderal (letjen), menjadi kandidat kuat bersama Letjen Pramono Edhie Wibowo untuk menjadi kepala staf angkatan darat (KSAD). Tak ayal, ketiganya adalah orang dekat Presiden Yudhoyono.
Kalau Budiman dan Marciano pernah bertugas di lingkungan istana, demikian juga dengan Pramono. Dia pernah menjadi ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri. Pramono adalah adik kandung dari ibu negara Ani Yudhoyono. Artinya, Pramono adalah adik ipar dari penguasa istana, Presiden Yudhoyono.
Terlepas kedekatan hubungan ketiganya dengan sang presiden, tiga jenderal itu memang memiliki rekam jejak yang cemerlang sehingga bisa mencapai jenjang kepangkatan letnan jenderal. Kebetulan pula, ketiganya berasal dari korps yang berbeda.
Budiman, lulusan terbaik Akmil 1978, berasal dari korps zeni. Ia pernah menjadi kepala zeni Kopassus dan komandan Batalyon Zeni Tempur 10 Amphibi di lingkungan Kostrad. Dia juga pernah menjadi komandan pusat pendidikan zeni dan komandan Korem di Bogor.
Masciano Norman, teman seangkatan Budiman, berasal dari korps kavale-ri. Namanya tak bisa dipisahkan dengan sosok Pangdam Jaya 1977-1982, Letjen Norman Sasono. Marciano memang anak dari Norman Sasono. Marciano pernah menjadi komandan Batalyon Kavaleri 7 Serbu Khusus Kodam Jaya, juga asisten perasi Kasdam Jaya serta komandan Korem di Pontianak.
Berbeda dengan Budiman dan Marciano, Pramono, lulusan Akmil 1980. Ia berasal dari korps infanteri dan mengawali kariernya sebagai perwira komando. Ia mengikuti jejak sang ayah, Jenderal (Hot) Sarwo Edhie Wibowo, yang pernah menjadi komandan resimen para komando angkatan darat (RPKAD). Pramono juga pernah menjadi komandan Batalion 11 Grup 1 Kopassus serta komandan Grup 5 Kopassus dan ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri.
Dalam sejarah modern TNI angkatan darat, hanya tiga korps yang pernah menjadi KSAD, yakni infanteri, zeni, dan kavaleri. "Ke depan, hanya infanteri, kavaleri, artileri medan, artileri pertahanan udara, dan zeni yang bisa menjadi KSAD, Pangdam, serta Danrem," ujar Jenderal (Purn) Rudini, KSAD pada 1983-1986 dalam buku biografinya.
Apakah Budiman akan menyusul jejak seniornya dari zeni, Jenderal Try Sutrisno, yang pernah menjadi KSAD pada 1986-1988? Atau Marciano Norman akan mengikuti karier seniornya dari kavaleri, Jenderal R Hartono, yang menjadi KSAD pada 1995-1997?
Lebih spesifik lagi, dari korps infanteri yang berasal dari pasukan komando, hanya dua yang pernah menjadi KSAD, yakni Jenderal Wismoyo Arismunandar pada 1993-1995 dan Jenderal Subagyo HS pada 1998-1999. Akankah Pramono mengikuti jejak perwira komando Wismoyo dan Subagyo?
Cerita belum selesai. Karier merekaselama menjadi perwira memang mengesankan. Ketiganya sama-sama pernah menduduki jabatan yang diidam-idamkan perwira tinggi angkatan darat, yakni panglima Kodam, bahkan Kodam elite di Pulau Jawa.
Budiman menjadi Pangdam Diponegoro di Semarang pada awal Januari 2010. Pramono menjadi Pangdam Siliwangi di Bandung pada akhir Desember 2009. Sedangkan, Marciano menjadi Pangdam Jaya pada Mei 2010 lalu. Selanjutnya, Budiman mendapatkan promosi letjen terlebih dahulu daripada kedua rekannya. Budiman menjadi komandan Kodiklatad pada Juni 2010 dan wakil KSAD pada Maret 2011.
Posisinya sebagai komandan Kodiklatad digantikan Marciano Norman. Di sini pula, Norman menerima kenaikan pangkat menjadi letjen. Sedangkan Pramono mendapatkan promosi menjadi panglima Kostrad pada November 2010 dan pangkat letjen diraih pada akhir 2010 lalu.
Di lingkungan angkatan darat, posisi bintang tiga memang ada di tiga posisi tersebut, yakni wakil KSAD, panglima Kostrad, dan komandan Kodiklatad. "Ketiga jabatan itu memang dipersiapkan untuk menduduki posisi puncak angkatan darat," kata KSAD Jenderal George Toisutta.
Pensiun
Selebihnya, posisi untuk bintang tiga ada di lingkungan Mabes TNI, Kementerian Pertahanan, serta Kementerian Polhukam. Misalnya, kasum TNI, irjen TNI, dansesko TNI, sekjen Kemenhan, irjen Kemenhan, wagub Lemhannas, sekjen Wantannas, rektor Universitas Pertahanan dan Sesmenko Polhukam.
Siapa pun perwira tinggi angkatan darat yang menduduki posisi bintang tiga tersebut, ia layak menjadi kandidat orang pertama di Mabesad. Tentusaja dengan catatan, usianya belum 58 tahun, sesuai dengan UU No 34 tentang TNI.
Karena itulah, selain tiga nama di atas, ada empat letnan jenderal yang juga dinominasikan menjadi KSAD. Mereka adalah Letjen J Suryo Prabowo, yang kini menjadi kepala staf umum (Kasum) TNI, Rektor Universitas Pertahanan Letjen Syarifudin Tippe, Sekretaris Menko Polhukam Letjen Hotmangaraja Panjaitan, dan mantan irjen TNI Letjen M Noer Moeis.
Keempatnya juga memiliki prestasi luar biasa dan pernah menjadi panglima Kodam. Suryo Prabowo yang berasal dari korps zeni, lulusan terbaik Akmil 1976, pernah menjadi Pangdam Bukit Barisan dan Pangdam Jaya. Ia merupakan letjen paling senior di antara tujuh kandidat lainnya. Suryo pernah menjadi wakil KSAD dan pernah menjadi kandidat KSAD pada 2009 lalu. Namun, Presiden SBY lebih memilih George Toisutta menjadi KSAD 2009-2011.
Tak kalah hebatnya adalah Hotmangaraja Panjaitan. Putra pahlawan revolusi Mayjen (Anumerta) DI Panjaitan ini merupakan lulusan terbaik Akmil 1977. Ia berasal dari korps infanteri dan merupakan perwira komando. Hotma juga pernah menjadi Pangdam Udayana, Danpusterad, serta Aster KSAD. Juga pernah menjadi kadispenad, komandan Korem di Bali, serta komandan Grup 3 Kopassus.
Begitu juga dengan Syarifudin Tippe, lulusan Akmil 1975 dari korps zeni. Tippe dikenal sebagai perwira intelektual dan lulusan terbaik Seskoad. Karena itu pula, dia pernah menduduki posisi sebagai komandan Pusdik Zeni, komandan Seskoad dan kini rektor Universitas Pertahanan. Ia pun pernah menjadi Dirjen Strahan, Pangdam Sriwijaya serta komandan Korem di Aceh.
Hal yang sama juga diraih Noer Moeis, lulusan Akmil 1-976 dari korps infanteri. Ia pernah menjadi pangdam Bukit Barisan, pangdam Pattimura, kas-kostrad, dan pangdivif-1 Kostrad. Jabatan teritorial lainnya pernah diembannya seperti komandan Korem di Dili.
Dari segi track record, ketujuh letnan jenderal tersebut tak diragukan lagi. Namun, empat orang saja yang usianya masih memungkinkan menjadi KSAD. Mereka sesuai dengan urutan usia termuda adalah Budiman, . Pramono, Marciano, dan Suryo.
Budiman kelahiran 25 September 1956, akan mengakhiri dinas militer pada September 2014. Pramono kelahiran 5 Mei 1955, akan mengakhiri dinas militer pada Mei 2013. Sedangkan Marciano kelahiran 28 Oktober 1954, akan mengakhiri dinas militer pada Oktober 2012. Dan Suryo kelahiran 15 Juni 1954, akan mengakhiri dinas militer pada Juni 2012.
Selebihnya, Hotmangaraja, Noer Moeis, dan Syarifudin Tippe akan pensiun pada tahun ini. Hotma pensiun pada Oktober, sedangkan Noer Moeis dan Tippe pensiun Agustus ini. (lihat tabel).
Dari segi usia, hanya empat yang berpeluang besar menjadi KSAD. Namun, tiga orang usianya lebih tua dari Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono. Pramono, Marciano, dan Suryo usianya lebih tua dari Agus Suhartono yang kelahiran 25 Agustus 1955. Agus Suhartono baru pensiun pada Agustus 2013. Sehingga, apabila mereka menjadi KSAD, peluangnya untuk menjadi panglima TNI sangat tipis.
Lain halnya dengan Budiman. Dari segi usia, peluang Budiman untuk menjadi panglima TNI menggantikan Agus Suhartono masih cukup terbuka, mengingat usianya satu tahun lebih muda dari Agus Suhartono. Namun, peluang Budiman, Pramono, Marciano dan Suryo masih ada, dengan catatan khusus. Pertama, apabila Presiden SBY memilih kandidat itu menjadi KSAD.
Kedua, jika jabatan panglima TNI kembali dipercayakan kepada matra darat dan bukan matra udara dan laut lagi. Ketiga, Laksamana Agus Suhartono diganti sebelum usia pensiun. Kemungkinan yang ketiga, tentu saja akan sangat riskan dan mengganggu kaderisasi TNI, serta akan mengecewakan matra laut jika Agus Suhartono diberhentikan.
Atau, Presiden Yudhoyono memiliki cara lain? Misalnya, melakukan reshuffle kabinet dan menempatkan Agus Suhartono dalam kabinet? Kita tunggu saja percaturan menuju Kartika-1